Sinergi Antarinstansi Mampu Majukan Industri Batik Lokal

28-07-2025 / KOMISI VII
Anggota Komisi VII DPR RI, Rycko Menoza, saat melakukan kunjungan kerja reses ke Kampung Batik Laweyan, Surakarta, pada Sabtu, (26/7/2025). Foto: Ubed/vel

PARLEMENTARIA, Surakarta — Anggota Komisi VII DPR RI, Rycko Menoza, menegaskan bahwa penguatan industri batik lokal memerlukan kerja sama lintas sektor yang terencana dan berkelanjutan. Hal ini ia sampaikan saat melakukan kunjungan kerja reses ke Kampung Batik Laweyan, Surakarta, pada Sabtu, (26/7/2025).


Menurut Rycko, keberhasilan industri kreatif seperti batik tidak bisa berdiri sendiri. Diperlukan sinergi antara pemerintah daerah dan kementerian/lembaga terkait, seperti Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koperasi dan UMKM, serta Kementerian Perindustrian, guna mendorong pertumbuhan yang menyeluruh dari hulu hingga hilir.


“Industri batik Solo ini tidak hanya perlu dipertahankan, tetapi juga ditingkatkan agar mampu bersaing lewat kreasi warna, motif, dan tren yang modern,” ujar Rycko.


Ia juga menyoroti pentingnya kehadiran negara dalam mendukung para perajin, tidak hanya melalui program pembinaan, tetapi juga dalam penyediaan fasilitas promosi, kemudahan akses pembiayaan, dan pelatihan berkelanjutan berbasis digital.


Rycko menilai, Kampung Batik Laweyan merupakan contoh nyata kawasan industri kreatif yang telah berhasil menjaga kelestarian budaya sekaligus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Namun, tantangan tetap ada, mulai dari persaingan dengan produk printing, keterbatasan akses pasar, hingga regenerasi perajin.


“Aspirasi para perajin harus benar-benar tersampaikan dan ditindaklanjuti. Dukungan konkret seperti pelatihan kreasi motif, revitalisasi peralatan produksi, dan digitalisasi pemasaran menjadi kebutuhan mendesak,” tegasnya.


Ia juga mengapresiasi Pemerintah Kota Surakarta yang dinilai memiliki tata kelola yang baik dalam mengembangkan sektor budaya dan ekonomi kreatif. Menurutnya, daerah dengan skala kecil namun memiliki APBD yang kuat seperti Surakarta bisa menjadi contoh pengembangan industri berbasis kearifan lokal secara nasional.


“Ini bisa jadi role model bagi daerah lain. Sinergi pemerintah daerah dan pusat dalam mendukung UMKM dan industri kreatif harus diperkuat agar batik tidak hanya dikenal sebagai warisan budaya, tapi juga sebagai kekuatan ekonomi bangsa,” pungkas Rycko. (uf/aha)

BERITA TERKAIT
Komisi VII Minta Pemerintah Perluas Keterlibatan UMKM dalam Program MBG
08-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Chusnunia Chalim, mendorong pemerintah untuk memperluas keterlibatan pelaku Usaha Mikro, Kecil,...
Komisi VII Dorong Skema Royalti Lagu Diatur Ulang
07-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty menyoroti pentingnya perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) namun...
Khawatir Status UNESCO Dicabut, Kaji Ulang Izin Resort di TN Komodo
05-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty meminta Kementerian Kehutanan (Kemenhut) untuk mengkaji ulang pemberian Izin...
Apresiasi Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Industri Harus Jadi Lokomotif Pemerataan
05-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI, Ilham Permana, menyampaikan apresiasi atas capaian pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12 persen...